Desak Nyatakan Bencana Nasional
Tak kalah pentingnya, jalur utama Padang-Bukittinggi via Lembah Anai putus total. Padahal, jalur paling padat itu urat nadi perekonomian Sumbar. Begitu masifnya kerusakan yang ditimbulkan, hampir dipastikan daerah kewalahan menanggulangi sendiri.
Makanya, wajar semua elemen yang ada di Sumbar dan perantauan untuk terus menyuarakan bencana ini sebagai bencana Nasional. Suara kita ini penting dalam mendesak Presiden menetapkan bencana di daerah ini sebagai bencana nasional.
Kita harus terus menyuarakan agar bencana yang terjadi di Sumbar ini sebagai bencana nasional. Secara eskalasi bencana menimpa 6 kabupaten/kota yang ada di Sumbar. Korban jiwa dan harta pun tak sedikit. Ini bentuk empati kita kepada korban sehingga penanganannya lebih baik, lebih luas dan lebih cepat.
Hal ini penting, karena dengan bencana di lahar dingin, longsor dan air bah sudah memenuhi penetapan syarat penentuan status bencana yang terjadi. Di antaranya, jumlah korban, kerugian harta benda, kerusakan prasarana dan sarana, cakupan luas wilayah yang terkena bencana dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
Beberapa ruas jalan termasuk jalan nasional terputus berdampak pada perekonomian daerah. Akibat arus distribusi barang dan pergerakan orang-orang semakin jauh tentu mengakibatkan lonjakan harga kebutuhan pokok. Ini harus jadi perhatian bersama.
Saat ini korban tewas tercatat sebanyak 58 orang, 35 orang hilang, 37 orang luka-luka, serta 3.396 jiwa mengungsi. Adapun rincian korban meninggal di antaranya Kota Padangpanjang 2 orang, Kabupaten Agam 20 orang, Kabupaten Tanahdatar 19 orang, Kota Padang 1 orang, Kabupaten Padangpariaman 8 orang.
Lahan pertanian warga yang rusak diterjang air seluas kurang lebih 150 hektare dan hewan ternak (sapi dan kambing) warga yang hanyut sebanyak 41 ekor. Pemkab Tanahdatar juga mengatakan bahwa korban meninggal dunia berjumlah 19 orang, luka-luka 20 orang dan korban hilang 14 orang.
Kendaraan bermotor roda 4 sebanyak 46 unit dan kendaraan roda 2 sebanyak 115 unit. Saat ini pun masih dilakukan pencarian 29 orang korban yang masih belum ditemukan. Proses pencarian dibantu oleh Basarnas, TNI, Polri, relawan, masyarakat dan lainnya. Dan untuk melakukan pencarian selain manual juga menggunakan drone termal.
Sementara Pemerintah Kabupaten Agam mengatakan, seluas 240,65 hektare lahan pertanian di daerah itu mengalami rusak dengan kerugian Rp 4,86 miliar, akibat diterjang banjir bandang, Sabtu (11/5). Lahan pertanian yang rusak terbagi atas padi, cabai, bawang daun, wortel, bawang merah dan lainnya.
Ternak yang mati atau hilang berupa kambing 14 ekor, sapi tiga ekor, kerbau empat ekor dan ayam 120 ekor. Ini berdasarkan pendataan yang mereka lakukan di sembilan kecamatan. Total luasan lahan rusak sebesar 41 hektare, dengan rincian di Kecamatan Canduang 20 hektare dan Ampeangkel 21 hektare.
Bencana tersebut juga mengakibatkan kerusakan pada sektor infrastruktur publik, seperti saluran irigasi di 6 lokasi, drainase dan sejumlah jembatan rusak berat. Jalan rusak berat sepanjang 1 km di Jalan Lingkar Kampung Patalangan menuju Tabek Barawak. Kemudian, jalan rusak 1 km pada ruas jalan Simpang Bukit menuju Lasi.
Pemerintah Kota Padangpanjang kerugian material akibat bencana alam diperkirakan lebih kurang Rp 5 miliar. Meluapnya air sungai Lubuk Mata Kucing mengakibatkan putusnya jalan ke Nagari Singgalang Kabupaten Tanahdatar, pemandian Lubuk Mata Kucing dibawa arus sungai. Begitu juga dua warung masyarakat di sana.
#Ril
Tidak ada komentar